Bapak ini kelahiran tasikmalaya 43 tahun yang lalu. Ia anak ke 2 dari 4 bersaudara ia di lahirkan bukan dari keluarga yang berkecukupan, ayahnya seorang petani. Orang tua nya ingin ia menjadi seorang guru, ia kemudian mendapat bea siswa untuk masuk IKIP Bandung jurusan seni rupa.
Untuk mencukupi kebutuhannya selama kuliah di bandung ia membuat sablon secara manual, apabila ada acara resepsi ia pun suka mendekor-dekor taman, membuat billboard atau baligo dan papan nama.
Untuk menghemat pengeluaran ia pun sering memasak sendiri, paling sering ia memasak nasi liwet, kadang makan nasi goreng melarat yaitu sisa nasi liwet malam lalu di goreng pakai minyak jelantah bekas goreng ikan peda dan di kasi terasi sedikit, jadilah nasi goreng melarat.
Pada tahun 1997 akhirnya ia lulus dan mengerjakan proyek-proyek pertamanan maupun bangunan konstruksi villa. Tak hanya sampai di situ kemudian ia pun pernah merasakan dinginnya lantai penjara, karena ia pernah mempunyai rekan dan bersengketa yang pada akhirnya harus di hadapakan seperti itu maka ia pun merelakan nya saja. Untung saja ia tidak lama merasakan dinginnya lantai penjara “hanya” 24 jam saja.
Bagaimana ia dengan segala perjuangan hidupnya waktu kuliah bisa sukses punya 7 rumah makan dengan omzen yang tentu saja luar biasa besarnya. Ia bercerita pada awalnya ia didatangi oleh seorang dokter yang kebetulan dokter tersebut akan menghadapi masa pensiun. Dan kemudian dokter tersebut mengatakan, pak Asep saya punya tanah di lembang saya inngin tanah itu menjadi sesuatu yang indah. Kemudian pak Asep melihat lokasi dan ditata sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah konsep kebun tempat budi daya strowberry yang bisa di petik sendiri olen para pengunjungnya.
Dikarenakan mengerjakan proyek tersebut disitu dan ada banyak pekerja di situ yang membantu pak Asep maka ia membuatkan makan para pekerjanya dengan nasi liwet buatan pak Asep. Kemudian pada saat ia memasak nasi liwet di rumah bedeng dan datanglah club lari yang dikenal BHH dan karena harumnya nasi liwet maka mereka ingin mencoba nasi liwet buatan pak Asep.
Setelah mencicipi nasi liwet nya salah satu dari mereka mengatakan bahwa besok saya akan membawa teman-teman saya sekitar 75 orang datang lagi ke sini. Karena belum punya saung maka ia menyiapkan tenda alakadarnya saja di halaman, yang akhirnya membawa perkembangan luar biasa. Ia pun merekrut seorang karyawan yang pertama seorang wanita yang sekarang menjadi istrinya.
Thun 2006 setelah menikah mereka memutuskan untuk keluar dari tempat tersebut dan tinggal di nagreg. Ia mencari-cari lokasi dan pada akhirnya ia menemukan lokasi tanah yang bagus, tetapi ketika menanyakan harga jualnya 300 juta . Ia hanya memiliki uang sebesar 15 juta dari hasil proyek-proyek yang pernah ia kerjakan.
Akhirnya ia pun memutusan membeli sampingnya dahulu yang kebetulan harganya 14,5 juta. Tidak selesai disitu, kini ia pun bingung bagaimana membangunnya. Kemudian ia menggadaikan mobil satu-satunya untuk membangunnya. Pada awalnya “warung” tersebut belum memiliki nama.
Bermula dari budidaya strowberry dan ia merasa bahwa penampilan strowberry itu manarik dan menurutnya apabila dibubuhi Asep akan menjadi sesuatu yang mudah di kenal, yang pada akhirnya nama tersebut sangat terkenal. Tahun 2010 ia pun naik haji beserta orang tua, keluarga bahkan beseta karyawannya. Hingga sekarang tahun 2014 ia telah memiliki 7 cabang rumah makan Liwet Asep Stoberi.
0 Response to "Kisah Asep “Stroberi” Haelusna Dari Petani Jadi Bos Rumah Makan"
Post a Comment