Meskipun sudah meninggal, ilmuwan muslim Ibnu Sina mewariskan sebuah ilmu yang dipakai dokter hari ini untuk melawan virus Corona. Inilah ilmu karantina.
Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037) adalah ilmuwan muslim yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern di antara sekian banyak julukan lainnya. Ia lahir di Uzbekistan, belajar karya-karya Aristotles dan menjalani puncak karirnya di kerajaan Persia (Iran) pada masa Dinasi Buwaihid.
Karya agungnya adalah ensiklopedia kedokteran berjudul The Canon of Medicine setebal 5 volume yang pertama terbit tahun 1025. Ada banyak ilmu kedokteran penting di buku tersebut dan menjadi dasar bagi kedokteran modern. Salah satunya adalah tentang karantina.
Seperti dilihat dari TRTWorld, Selasa (12/5/2020) Ibnu Sina sudah berhadapan dengan wabah semasa hidupnya. Di sanalah dia menjadi peletak dasar dari prosedur kedokteran untuk melawan wabah yang masih dipakai sampai hari ini.
Ibnu Sina menciptakan konsep 40 hari mengisolasi pasien untuk melemahkan infeksi menular. Dalam bahasa Arab metode ini disebut 'Al-Arba'iniya' yang berarti 40.
Ketika ilmu kedokteran Ibnu Sina sampai ke Eropa, lidah orang Eropa menyebutkannya secara berbeda. Sebagian sejarahwan berpendapat 'Al-Arba'iniya' adalah asal kata dari Quarantine dalam istilah kedokteran hari ini.
The Canon of Medicine diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad ke-12 di Spanyol. Bukunya pada abad ke-13 sudah diajarkan di University of Bologna, universitas tertua Eropa yang ada di Italia.
Dilansir dari Morocco World News ketika wabah Black Death terjadi di Italia pada abad ke-14-15, 4 abad setelah Ibnu Sina, dokter-dokter di Venesia menerapkan metode yang dalam bahasa Italia adalah 'Quarantena'. Ini adalah periode 40 hari isolasi --seperti ajaran Ibnu Sina-- untuk semua penumpang kapal sebelum boleh turun ke Venesia.
Tanpa metode karantina, tidak terbayang bagaimana dunia bisa melawan pandemi COVID-19 hari ini. Semua orang harus berterima kasih pada Ibnu Sina yang sudah membantu dari alam baka.
Sumber :
https://m.detik.com
Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037) adalah ilmuwan muslim yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern di antara sekian banyak julukan lainnya. Ia lahir di Uzbekistan, belajar karya-karya Aristotles dan menjalani puncak karirnya di kerajaan Persia (Iran) pada masa Dinasi Buwaihid.
Karya agungnya adalah ensiklopedia kedokteran berjudul The Canon of Medicine setebal 5 volume yang pertama terbit tahun 1025. Ada banyak ilmu kedokteran penting di buku tersebut dan menjadi dasar bagi kedokteran modern. Salah satunya adalah tentang karantina.
Seperti dilihat dari TRTWorld, Selasa (12/5/2020) Ibnu Sina sudah berhadapan dengan wabah semasa hidupnya. Di sanalah dia menjadi peletak dasar dari prosedur kedokteran untuk melawan wabah yang masih dipakai sampai hari ini.
Ibnu Sina menciptakan konsep 40 hari mengisolasi pasien untuk melemahkan infeksi menular. Dalam bahasa Arab metode ini disebut 'Al-Arba'iniya' yang berarti 40.
Ketika ilmu kedokteran Ibnu Sina sampai ke Eropa, lidah orang Eropa menyebutkannya secara berbeda. Sebagian sejarahwan berpendapat 'Al-Arba'iniya' adalah asal kata dari Quarantine dalam istilah kedokteran hari ini.
The Canon of Medicine diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad ke-12 di Spanyol. Bukunya pada abad ke-13 sudah diajarkan di University of Bologna, universitas tertua Eropa yang ada di Italia.
Dilansir dari Morocco World News ketika wabah Black Death terjadi di Italia pada abad ke-14-15, 4 abad setelah Ibnu Sina, dokter-dokter di Venesia menerapkan metode yang dalam bahasa Italia adalah 'Quarantena'. Ini adalah periode 40 hari isolasi --seperti ajaran Ibnu Sina-- untuk semua penumpang kapal sebelum boleh turun ke Venesia.
Tanpa metode karantina, tidak terbayang bagaimana dunia bisa melawan pandemi COVID-19 hari ini. Semua orang harus berterima kasih pada Ibnu Sina yang sudah membantu dari alam baka.
Sumber :
https://m.detik.com
0 Response to "Ibnu Sina 'Bantu' Lawan Virus Corona dari Alam Baka"
Post a Comment